Rss Feed
  1. Rising Tide: Dark InnocenceRising Tide: Dark Innocence by Claudette Melanson
    My rating: 2 of 5 stars

    Title: Rising Tide: Dark Innocence
    Author: Claudette Melanson
    Publisher: Smashwords Edition
    Pages: 394 pages (paperback edition)
    Published date: May 2014

    Could Maura's life get any worse? ...turns out it most certainly can.

    Isolated and sheltered by her lonely mother, Maura's never been able to make friends. She seems to drive her classmates away—except for the odd times they pay enough attention to torture her—but she doesn’t understand why. Maura considers herself to be a freak of nature, with her unusually pale skin and an aversion to the sun that renders her violently nauseous. Her belief is only worsened by the fact that almost everyone around her keeps their distance.

    Even her own father deserted her before she was born, leaving Maura alone with her emotionally distant mother, Caelyn. Even though Maura is desperate for answers about her unknown parent, Caelyn remains heartbroken and her daughter can’t bring herself to reopen her mother’s wounds. Or is there a more sinister reason Caelyn refuses to utter a word about her long-lost love?

    When a cruel prank nearly claims Maura’s life, one of her classmates, Ron, rushes to her rescue. Darkly handsome & mysteriously accepting, Ron doesn’t seem to want to stay away, but Maura is reluctant to get too close, since her mother has announced she’s moving the two of them to Vancouver…nearly 3,000 miles away from their hometown of Indiana, Pennsylvania.

    If life wasn’t already challenging enough, Maura begins to experience bizarre, physical changes her mother seems hell bent on ignoring, compelling Maura to fear for her own life. Vicious nightmares, blood cravings, failing health and the heart-shattering loss of Ron—as well as the discovery of a tangled web of her own mother's lies—become obstacles in Maura's desperate quest for the unfathomable truth she was never prepared to uncover.

    Sure to become of the Books to Read of the year, Rising Tide: Dark Innocence isn't the usual tale of vampire erotica. This novel is a YA Vampire Romance that is certain to become one of the classic books of its time. Maura doesn't live in Castle Dracula in Transylvania, but she must still discover the bloodlines constructing the creature she is destined to become.

    Review

    First of all, thank you to "eBook Miner" on Goodreads and the author, Claudette Melanson, who provided the ebook version of this novel. I've been curious about the book for some time.

    "Rising Tide: Dark Innocence" follows the story of Maura, a shy and quite girl who is about to move with her Mom. During the few last weeks before her move, Maura meets Ron, a boy her senior who is very sweet and is Maura's saviour when she is being bullied. But with her constantly changing body and her move to Canada, Maura worries that she is falling in love at the wrong time.

    I feel like this novel is the equal part to Harry Potter and the Sorcerer's Stone, but only to the part where Hagrid broke into the house and told Harry that he is a wizard. Yeah, while a lot of things are going on in Maura's life (her change, moving to Canada, falling in love, etc etc), very little happen to the story.

    The love story was ok. It wasn't all over the top, but nothing special for me either. The long-distance relationship posed some challenges to Maura and Ron, but it was easily overcame. I think I didn't dig their romance because I couldn't feel their longing. Was it because the jumpy and (overly) simple + linear naration? Or simply Maura's lack of emotion?

    Also, I expected a vampire story with, well, vampire in it, but nope. Didn't get that.

    I am still intrigued by the second book. I wonder what will happen to Maura and why did her father leave her? I also wonder if there is some kind of twist with Ron.

    Overall, I recommend this book to YA and vampire lover, and for you who are looking for an easy read.

    This book is for the following reading challenges:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  2. Wishful Wednesday 63: WW Recap 2

    Wednesday, July 29, 2015

    Hai, selamat hari Rabu semuanya. Bagaimana rasanya libur lebaran yang lalu? Apakah ada yang berat badannya naik? Atau pulangnya langsung sibuk dengan cucian? Yang pasti, sekarang sudah semangat lagi untuk kerja dan sekolah ya... atau mungkin tidak?

    Anyway, minggu ini saya akan melanjutkan rekap WW saya. Minggu lalu sudah sampai di WW ke-30. Jadi, dari sana kita akan mulai.

    31. Resident Evil Vol. 1: The Umbrella Conspiracy - S.D. Perry (sudah baca, review)
    32. The Left Hand of Darkness - Ursula K. Le Guin (belum baca)
    33. Feed - Mira Grant (belum baca)
    34. The Zombie Survival Guide - Max Brooks (belum baca)
    35. The Curious Incident of the Dog in the Night-Time - Mark Haddon (belum baca)
    36 a. The Shores and the Piano - Various (sudah baca, review)
    36 b. Dansa di Bawah Purnama - Various (sudah baca, review)
    36 c. Februari untuk Kania - Various (sudah baca, review)
    37. Flowers in the Attic - V.C. Andrews (belum baca)
    38. Noel d'amour 2 - Various (sudah baca, review)
    39. Looking for Alibrandi - Melissa Marchetta (sudah baca, review)
    40. Tabir Nalar - Rynaldo C. Hadi (sudah baca, review)
    41. A World Without Heroes - Brandon Mull (sudah baca, review)
    42. An Astronaut's Guide to Life on Earth - Col. Chris Hadifeld (sudah baca, DNF)
    43. The Thieves of Heaven - Richard Doetsch (belum baca)
    44. Heart Out - Fei (sudah baca, review)
    45. Interlude - Windry Ramadhina (sudah baca, review)
    46. People Like Us - Yosephine Monica (sudah baca, review)
    47 a. Rainy's Days - Fita Chakra (sudah baca, review)
    47 b. Someone to Remember - Nathalia Theodora (sudah baca, review)
    48. 2001: A Space Odyssey - Arthur C. Clarke (belum baca)
    49 a. Petualangan Pinokio - Carlo Collodi (belum baca)
    49 b. Kakak Batik - Kak Seto (belum baca)
    50. On Mystic Lake - Kristin Hannah (belum baca)
    51. The Running Man - Richard Bachman (a.k.a Stephen King) (belum baca)
    52 a. Permainan Igo 1: Tehnik Membuat Area - Kataoka Satoshi (sudah baca, review)
    52 b. Permainan Igo 2: Seni Meraih Kemenangan - Kataoka Satoshi (belum baca)
    53. Wintergirls - Laurie Halse Anderson (belum baca)
    54. Angel of Morning Star Club - Lim Se Hyuk (sudah baca, review)
    55. Vandaria Saga: Winterflame - Fachrul R.U.N. (sudah baca, review)
    56 a. Rust in Pieces - Nel Falisha (sudah baca, review)
    56 b. Perfection - Farrahnanda (sudah baca, review)
    57. Still Alice - Lisa Genova (sudah baca, review)
    58 a. All I (N)ever Wanted - Maida Ivana (sudah baca, review)
    58 b. Singapore Begins - Agata Barbara (sudah baca, review)
    59 a. Ocean Breeze - Cepi R. Dini (sudah baca, review)
    59 b. Above the Stars - D. Wijaya (belum baca)
    60. Amaranth, Love, Lies, Bleeding - Maria Ch Michaela (sudah baca, review)
    61. Ready Player One - Ernest Cline

    Total ada 39 buku di daftar kali ini. Dari 39 itu, 23 sudah dibaca dan ada 1 yang statusnya DNF. Kalau digabungkan dengan rekap bagian 1, berarti ada 69 buku yang pernah kumasukkan di WW. Total yang sudah dibaca ada 38 dan ada 3 buku yang DNF. Hmm... lumayan juga, ya.

    Itu dia WW kali ini. Apa ada yang buku idamannya masuk di daftar di atas? Atau ada buku bagus yang menurut kamu sebaiknya saya baca? Silakan tinggalkan pesan kalian di kolom komentar, ya :D.

  3. Review Komik: Wook Wook Vol. 02

    Tuesday, July 28, 2015

    Judul: Majalah Komik Wook Wook Vol. 02
    Penerbit: Muffin Graphics (imprint PT. Mizan Pustaka)
    Halaman: 128 halaman
    Terbitan: April 2015

    Setelah mencari dan mencari jalan terbaik, agar tiada penyesalan dan air mata kapan volume ke-2 majalah komik ini akan terbit, akhirnya secara tidak sengaja saya menemukannya. Ternyata sudah terbit dari April yang lalu, toh. Nemunya di toko buku yang jarang kudatangi pula.

    Anyway, mungkin bisa baca review untuk volume pertamanya dulu, biar lebih paham sama alurnya.

    Light (Cahaya) - Dhang Ayupratomo
    Di chapter 2 kali ini ada flashback tentang Vera. Seluruh bab ini dipakai untuk memberikan latar belakang tokoh, serta mungkin sedikit landasan tentang kelompok Vera (dan mungkin juga Ruiz nantinya). Belum ada kemajuan plot, karena, ya itu, satu bab dipakai untuk flashback. Penutupan babnya kurang gereget untukku.

    IMO, flashback-nya Vera ini membuat karakternya semakin menarik.

    Menembus Jantung Pertahanan - Juan Salman Fadli 
    Komik sepak bola. Nope, still not my thing. Ada karakter baru yang muncul, Senopati namanya, tapi masih belum tahu apakah dia juga tokoh utama, ataukah orang yang berhubungan dengan tokoh utama di chapter 1?

    Pengenalan tokoh barunya ini membingungkan. Saya sampai baca ulang chapter 1 untuk memastikan kalau karakternya memang beda. 

    Go Ragil - Harlis Suardana Kasyun
    Komik baru yang debut di nomor ini. Ceritanya lumayan menarik. Tentang Tiara, seorang guru matematika SMA yang rada tsundere. Di hari pertamanya mengajar, dia mendengar gosip tentang seorang bocah iblis yang melakukan kejahatan mengerikan (entah apa) di kota itu. Dan, bocah itu baru saja keluar dari penjara dan masuk ke sekolah tempat Tiara mengajar. Tentunya, kemudian muncul seorang bocah terlalu aktif yang membuat pembaca menebak kalau bocah itu, Ragil, adalah "The Devil's Child".

    Yah... semoga ada penjelasan yang lebih dalam tentang apa kejahatan yang dilakukan "The Devil's Child", bagaimana dia bisa dilepaskan dari penjara kalau memang melakukan kejahatan yang memberinya julukan iblis, serta kenapa dia diizinkan masuk SMA.

    Mallique - Ahmad Alhamra Putra
    Ini bagaimana ceritanya bisa berkembang jadi komik hero ala Power Rangers atau Kamen Raider begini? Bahkan ada tokoh anak kecil yang bilang, "Itu Ranger, Ma.". Padahal awalnya kupikir ini semacam cerita urban fantasy dengan tema yang agak berat. Tapi, yah, melihat target pasarnya Wook-Wook, rasanya saya yang salah karena mengharapkan cerita yang berat nan gelap.

    Gambarnya masih bagus, tapi rasanya tidak sekeren di chapter 1. Aura ceritanya juga jadi beda banget. Padahal ini salah satu komik yang awalnya saya suka, tapi arah ceritanya membuat saya agak ragu kalau saya bakal suka ke depannya.

    Si Kijank - Fajar Rizki Triadhi
    Hands down, masih jadi komik terfavoritku di majalah ini. Masih suka humornya yang rada ajaib. Tokoh anak gadis yang suka kijang juga sukses bikin ngakak. Interaksinya dengan si Kijank lucu banget.

    Secara keseluruhan, Light dan Si Kijank adalah dua komik yang paling oke buatku. Mallique... saya agak ragu, sih, tapi semoga auranya bisa kembali seperti di chapter 1. Untuk Go Ragil dan Menembus Jantung Pertahanan, rasanya harus dilihat lagi ke depannya bagaimana. Dengan sistem perbintangan Goodreads, Wook-Wook volume 2 ini saya beri 3/5 bintang.

  4. Sastra, Perempuan, Seks Sastra, Perempuan, Seks by Katrin Bandel
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Sastra, Perempuan, Seks
    Penulis: Katrin Bandel
    Penerbit: Jalasutra
    Halaman: 166 halaman
    Terbitan: 2006

    Dalam dunia sastra Indonesia saat ini "perempuan" dan "seks" merupakan dua isu yang sangat penting "perempuan" terutama dalam arti "pengarang perempuan" dan "seks" sebagai tema karya sastra yang sedang ngetren. Begitu banyak pengarang perempuan baru bermunculan dalam beberapa tahun terakhir ini dan tidak sedikit dari mereka mendapat sambutan yang luar biasa, baik dari segi respons media, penghargaan sastra, maupun jumlah buku yang terjual. Benarkah karya mereka demikian hebat sehingga pantas dihebohkan serupa itu? Berbagai klaim muncul seputar para "pengarang perempuan baru" itu : tulisan mereka hebat, menciptakan gaya penulisan baru, mereka mendobrak tabu, terutama seputar seks dan hal itu sering dipahami sebagai semacam pembebasan perempuan bahkan sebagai feminisme.

    Katrin Bandel dalam buku ini berusaha mempertanyakan klaim-klaim tersebut. Menurutnya kehebohan seputar beberapa penulis perempuan (bukan "perempuan" penulis), yang secara popular disebut sebagai "sastrawangi" itu, sangat berlebihan.

    Review

    Buku ini adalah kumpulan esai tentang sastra yang ditulis oleh Katrin Bandel, seorang pemerhati sastra Indonesia yang berasal dari Jerman. Katrin Bandel menyelesaikan doktor dalam sastra Indonesia di Universitas Hamburg, Jerman, dengan topik "Pengobatan dan Ilmu Gaib dalam Prosa Modern Indonesia".

    Walau judul buku ini "Sastra, Perempuan, Seks", tapi buku ini tidak melulu membahas tentang hubungan ketiganya. Di dalam kumpulan esai ini, terdapat beberapa pembahasan lain, seperti "Dukun dan Dokter dalam Sastra Indonesia", pembahasan tentang sastra pascakolonial, hingga "Religiusitas dalam Novel Tiga Pengarang Perempuan Indonesia". Hal ini sendiri diakui oleh penulis. Menurutnya, pemilihan judul buku ini bukanlah rangkuman isi buku, tapi dia merasa "Sastra, Perempuan, Seks" cukup mewakili apa yang ingin dia bahas, yaitu 'politik sastra Indonesia yang penuh sensasi dan ketidakadilan' (hal. xx).

    Ada tiga nama penulis yang sangat menonjol pembahasannya di buku ini. Ayu Utami, Eka Kurniawan, dan Djenar Maesa Ayu. Ketiganya menonjol dalam hal pembelaan/kritik atas karya sang penulis oleh Katrin Bandel.

    Dalam buku ini, Katrin Bandel mempertahankan karya Eka Kurniawan, 'Cantik Itu Luka', yang menurutnya telah diperlakukan secara tidak adil oleh Maman S. Mahayana dalam esai Maman di 'Media Indonesia'. Dalam esainya, selain memberikan pemikirannya akan novel 'Cantik Itu Luka, Katrin juga mempertanyakan tentang apa itu 'fakta historis', serta apakah seharusnya sejarah itu hanya 'versi resminya' saja yang boleh diikuti, bahkan dalam karya fiksi sekalipun?

    Btw, saya kena spoiler novelnya. Padahal belum baca 'Cantik Itu Luka' :v.

    Dalam pandangannya akan novel 'Saman' dan 'Larung' karya Ayu Utami, serta 'Nayla' dari Djenar Maesa Ayu, Katrin justru mempertanyakan pujian-pujian yang diberikan kepada novel-novel itu dan kedua penulisnya. Katrin mempertanyakan status buku-buku itu sebagai karya feminis, serta beberapa logika cerita yang ada di dalamnya. Pembahasannya cukup menarik dan disertai dengan argumen-argumen yang juga menarik. Menurutnya, kritik terhadap falosentrisme (pemikiran bahwa maskulinitas adalah sumber kekuatan dan otoritas) yang dihadirkan Ayu Utami hanya terjadi di permukaan. 'Di level yang lain, novel Ayu justru sangat falosentris' (hal. 117).

    Pada novel 'Nayla', Katrin mengkritik beberapa logika serta absennya kedalaman emosi dalam cerita Djenar Maesa Ayu. Katrin merasa bahwa kekurangan dalam 'Nayla' disebabkan oleh dua hal. Pertama, 'kecenderungan untuk merayakan "sukses"-nya sendiri sebagai pengarang'. Kedua, 'kecenderungan untuk menulis dengan gaya yang potensial dinilai "baru", "canggih", dan "inovatif" oleh pengamat.' (hal. 163). Katrin merasa bahwa pujian yang berlebihan justru akan menghancurkan sebuah potensi yang menjanjikan.

    Sayangnya, dengan semua kritik akan karya penulis perempuan yang diajukan, Katrin justru tidak memberikan beberapa buku karya penulis perempuan, baik dari Indonesia maupun dari luar, yang dirasa bisa mewakili 'perempuan menulis tentang perempuan'. Ada beberapa buku yang memang dituliskan secara positif, seperti 'Tujuh Musim Setahun'-nya Clara Ng, atau bahkan novel teenlit 'Nothing But Love' karya Laire Siwi Mentari, tapi pembahasannya tidak begitu mendalam dan tidak mendapat ruang sebesar novel-novel Eka, Ayu, dan Djenar. Hal ini membuat saya bertanya-tanya, apakah memang belum ada penulis wanita Indonesia yang mampu menulis tema 'menulis tentang perempuan' dengan baik? Saya rasa pasti ada.

    Tapi, walau memperoleh kritik berat dari Katrin, mungkin ada benarnya apa yang ditulis oleh St. Sunardi, Ketua Program Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dalam prakata. 'Ketika penulis mengkritik suatu karya dengan sangat kreatif dan kadang berapi-api, menurut hemat saya, hal itu justru menunjukkan keberhasilan apa yang dikritik. Apa yang dikritik benar-benar writerly, mendorong penulis untuk menulis.' (hal. xiii).

    Well, mengingat esai-esai di buku ini ditulis pada tahun 2001-2005, saya jadi penasaran bagaimana Katrin Bandel melihat politik sastra Indonesia saat ini. Lalu bagaimana pula tanggapannya akan karya-karya baru dari Ayu Utami, Djenar, Eka Kurniawan, hingga nama-nama lain yang disebutkan di buku ini?

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge


    View all my reviews

  5. Sweet KarmaSweet Karma by Ayudewi
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Sweet Karma
    Penulis: Ayudewi
    Penerbit: Gagas Media
    Halaman: 300 halaman
    Terbitan: Mei 2015

    Dikhianati membuatmu tak lagi memercayai.
    Dilukai membuatmu tak lagi berani menyayangi.
    Dilupakan membuatmu hanya berani menyembunyikan rindu di hati.
    Dicintai, akankah membuatmu kembali berani mencintai?

    Apakah hidup selalu seperti itu?
    Kau tak akan pernah lepas dari masa lalu.
    Langkahmu selalu dibayang-bayangi, sesuatu yang terkadang tak kau pahami:
    K-A-R-M-A

    Ketika hidup mempertemukanku denganmu, benarkah ini merupakan garis nasib?
    Aku mulai menyemai harap.

    Namun, mengapa semakin kukejar, bahagia terasa semakin menjauh?
    Mungkinkah karena maaf belum juga terucap dengan utuh

    Review

    Hmm... gimana, ya? "Sweet Karma" ini contoh novel yang punya materi bagus, tapi terburu-buru dalam mengembangkan ceritanya.

    "Sweet Karma" bercerita tentang Audrey, seorang wanita yang bekerja sebagai chef. Untuk menghindari keluarganya yang terus-terusan mendesaknya segera menikah, Audrey menerima pekerjaan sebagai sous-chef di sebuah gastropub di London. Di sana dia bertemu dengan Hugo Pierre, sang executive chef yang pemarah, "hobi" memecat sous-chef di tempat itu, serta terkesan seksis karena tidak menginginkan seorang wanita bekerja di dapurnya.

    Audrey, yang merasa jengah dengan sikap Hugo, mengonfrontasi pria itu. Hal ini membuat Hugo semakin tidak suka pada Audrey. Tapi, pada sebuah musim panas di London, rasa benci itu perlahan-lahan berubah.

    Kalau dibandingkan empat novel "Seven Sins" yang kubaca sebelum ini, "Sweet Karma" ini yang paling kerasa romansnya. Rasanya kayak lagi baca novel dari lini penerbit tetangga.

    "Sweet Karma" mengambil "wrath"/amarah sebagai temanya. Saya merasa kalau warna hijau kovernya kurang pas untuk tema amarah. Warna hijau lebih terkesan tenang/damai soalnya.

    Untuk ceritanya, saya suka dengan dunia dapur profesional yang sangat terasa. Saya juga lebih kenal dengan jabatan-jabatan di dapur restoran, serta suasananya seperti apa. Ternyata memang sepanas yang pernah kulihat di acara "Hell's Kitchen". Latar tempatnya juga digambarkan dengan sangat baik. London dan sedikit Raja Ampat-nya sangat terasa. Rasa marahnya juga sudah cukup terasa, walau masih terkesan suam-suam kuku.

    Yang kurang saya suka adalah kesan insta-romance antara Audrey dan Hugo. Ya, sih, dalam cerita memang sudah berlalu 1-2 bulan sejak mereka pertama bertemu, tapi tidak ada peristiwa yang membuat saya percaya dengan rasa sukanya mereka. Kesannya tiba-tiba aja sudah ada romance yang dipaksakan ke pembaca. Perkembangan hubungannya mereka cukup manis, walau agak membuat ngantuk untuk saya pribadi.

    Secara keseluruhan, "Sweet Karma" ini novel romans yang manis dengan tema klasik benci jadi cinta. Latar tempatnya digambarkan dengan baik. Suasana dapur dan dunia memasaknya juga sangat terasa. Sayangnya, tema "sin" yang dibawakan tidak sedominan buku-buku sebelumnya.

    Buku ini saya rekomendasikan untuk pecinta novel romance, serta yang ingin lebih tahu tentang dunia dapur profesional.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  6. Nineteen Eighty-FourNineteen Eighty-Four by George Orwell
    My rating: 5 of 5 stars

    Judul: Nineteen Eighty-Four
    Penulis: George Orwell
    Penerbit: Penguin Books Ltd.
    Halaman: 355 halaman
    Terbitan: Januari 2004

    Hidden away in the Record Department of the sprawling Ministry of Truth, Winston Smith skilfully rewrites the past to suit the needs of the Party. Yet he inwardly rebels against the totalitarian world he lives in, which demands absolute obedience and controls him through the all-seeing telescreens and the watchful eye of Big Brother, symbolic head of the Party. In his longing for truth and liberty, Smith begins a secret love affair with a fellow-worker Julia, but soon discovers the true price of freedom is betrayal.

    Review

    I hate the introduction. Gara-gara baca bagian introduction-nya, malah kena bocoran cerita -_-. Kenapa harus taruh bocoran ceritanya di awal? Kalau memang mau taruh analisa bukunya, mending di belakang, deh.

    Nineteen Eighty-Four bercerita tentang Winston, seorang pria 39 tahun yang tinggal di Oceania, sebuah negara (semacam) totalitarian. Winston bekerja di Record Departement, sebuah departemen pemerintahan yang bertugas untuk menyesuaikan sejarah. Tugasnya adalah mengubah catatan-catatan sejarah yang ada (misalnya artikel di koran/majalah) agar sesuai dengan masa depan. Misal, pemerintah meramalkan bahwa jumlah produksi barang A adalah sejumlah X, tapi ternyata jumlah itu tidak sampai, maka tugas Winston adalah mengubah berita yang ada.

    All one knew was that every quarter astronomical numbers of boots were produced on paper, while perhaps half the population of Oceania went barefoot. And so it was with every class of reorded fact, great or small. Everything faded away into a shadow-world in which, finally, even the date of the year had become uncertain. (hal. 44)


    Winston, yang merasa tidak puas dengan kondisinya, merindukan sebuah kebebasan sejati. Dalam kondisi itu, dia mulai menjalin hubungan dengan Julia, gadis di Fiction Departement. Walau tahu bahwa hubungan mereka terlarang, Winston dan Julia tetap menjalankannya sebagai bentuk pembangkangan terhadap pemerintah. Tapi, berapa lama hubungan mereka akan bertahan tanpa diketahui, mengingat setiap langkah warga selalu diawasi oleh pemerintah?

    But you could not have pure love or pure lust nowadays. No emotion was pure, because everything was mixed up with fear and hatred. Their embrace had been a battle, the climax a victory. It was a blow struck against the party. It was a political act. (hal. 133)


    Yeah, ada banyak topik yang dibicarakan di buku ini. Tidak mungkin semuanya bisa dibicarakan di ulasan pendek ini. George Orwell membawa kita menelusuri sebuah dunia yang tidak memberikan tempat pada individualitas. Tidak ada ruang pribadi. Semuanya dilakukan untuk pemerintah. Semua gerakan diawasi oleh pemerintah atas nama Big Brother, sang tokoh pemimpin pemerintahan.

    Buku ini sendiri mungkin memiliki kelemahan-kelemahan seperti yang dipaparkan di introduction jilid yang kubaca. Misalkan tokohnya yang dibilang dua dimensi dan ada hanya untuk menunjukkan karakteristik pemerintahan yang ada. Kupikir mungkin ada benarnya, tapi mungkin memang akan seperti itu karakter yang ada mengingat bagaimana pemerintah mengondisikan masyarakatnya di buku ini. Kekurangan yang ada tidak membuat buku ini kemudian menjadi jelek, karena ada banyak poin kuat yang membuat buku ini "klasik".

    Saya juga akan memperingatkan bahwa "1984" bukanlah "The Hunger Games". "1984" adalah sebuah novel distopia "tradisional" dalam hal nuansanya yang menimbulkan depresi. Jadi, kalau mencari buku distopia yang optimis seperti THG, saya sarankan untuk membaca buku ini dengan pola pikir yang berbeda.

    Secara keseluruhan, seperti yang Ben Pimlott tulis di introduction, "erroneus thought is the stuff of freedom."

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  7. Wishful Wednesday 62: WW Recap

    Wednesday, July 22, 2015

    Hai, hai. Selamat hari Rabu semuanya. Bagaimana lebarannya? Seru? Masih pada libur apa sudah kembali kerja? Saya masih libur, dong X)

    Untuk Wishful Wednesday minggu ini, saya akan merekap WW saya dari yang pertama, pada November 2012, hingga yang ke-30. Saya akan mendaftar buku-buku apa saja yang saya masukkan di WW, dan buku mana yang sudah kesampaian bacanya.

    Ini daftarnya:

    1. Childhood's End - Arthur C. Clarke (sudah baca, review)
    2. Negeri Para Peri - Avianti Armand (sudah baca, review)
    3. Les Miserables - Victor Hugo (sudah coba baca e-book-nya, tapi tidak selesai.)
    4. Our Happy Time - Gong Jiyoung (sudah baca, review)
    5. Winnie the Pooh - A. A. Milne (sudah baca, review)
    6. Relung-Relung Gelap Hati Sisi (sudah baca, review)
    7. Love, Curse & Hocus-Pocus - Karla M. Nashar (sudah baca, review)
    8. Garuda Riders - A. R. Wirawan (sudah baca, review)
    9. The Bell Jar - Sylvia Plath (sudah baca, review)
    10. Leviathan - Scott Westerfield (belum baca)
    11. WW Edisi Recap
    12. Across the Universe - Beth Revis (belum baca, padahal sudah ada terjemahannya)
    13. Pada Sebuah Kapal - N. H. Dini (belum baca)
    14. You Be the Jury - Marvin Miller (belum baca)
    15. More Weird Things People Say in Bookshops - Jen Campbell (belum baca)
    16. Birunya Skandal - Mira W. (belum baca)
    17. Darth Vader and Son - Jeffrey Brown (belum baca)
    18. Gold - Chris Cleave (sudah baca, review)
    19. Nostalgi = Transendensi - Toeti Heraty (belum baca)
    20. Dune -Frank Herbert (belum baca)
    21.Dictionary of Demonology (Dictionnaire Infernal) - Collin de Plancy (belum baca)
    22. Z is for Moose - Kelly Bingham dan Paul O. Zelinsky (ilustrator) (belum baca)
    23. The Shining - Stephen King (sudah baca, review)
    24. I Never Promised You A Rose Garden - Joanne Greenberg (belum baca)
    25. Battle Royale - The Last Stand - Stella Furuya (sudah baca, review)
    26. A Bear Called Paddington (Paddington Bear) - Michael Bond (belum baca)
    27. The Cuckoo's Calling - Robert Galbraith (sudah baca, review)
    28. Train Man - Hitori Nakano (sudah baca, review)
    29  The Ocean at the End of the Lane - Neil Gaiman (sudah baca, review)
    30. Unwind - Neal Shusterman (sudah baca, review)

    Sejauh ini, dari 29 buku, 15 sudah kubaca. Ada satu buku yang sudah pernah coba baca, tapi gak kuat sampai selesai. Les Miserables itu mungkin mau coba baca buku cetaknya. Siapa tahu lebih cocok dan bisa dibaca sampai habis. Yah, harapannya sih, bisa baca semua buku yang dimasukkan di WW ini.

    Itu dia untuk WW minggu ini. Apakah ada buku yang pernah kamu baca dari daftar di atas? Atau ada buku menarik yang mau kamu sarankan ke saya? Bisa komentar di kolom di bawah ^^.

    Ingin tahu lebih banyak soal WW? Cek blog hostnya.

  8. Menulis dan Berpikir Kreatif cara Spiritualisme KritisMenulis dan Berpikir Kreatif cara Spiritualisme Kritis by Ayu Utami
    My rating: 5 of 5 stars

    Judul: Menulis dan Berpikir Kreatif cara Spiritualisme Kritis
    Penulis: Ayu Utami
    Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
    Halaman: 201 halaman
    Terbit:Juni 2015

    Ayu Utami adalah penulis yang tak hanya produktif dan konsisten, tetapi juga mendapatkan penghargaan nasional dan internasional. Ia menerima Prince Claus Award tahun 2000 untuk sumbangannya di bidang sastra. Sebelumnya, ia mendapatkan fellowship sebagai intelektual publik dalam Asian Leadership Fellow Program di International House of Japan, Tokyo. Buku-bukunya telah diterbitkan dalam bahasa asing, termasuk Amharik (Ethiopia).

    Ayu memperkenalkan "spiritualisme kritis" pertama kali dalam novelnya, Bilangan Fu. Konsep itu ia kembangkan dalam kelas menulis dan berpikir kreatifnya. Buku ini mengajarkan jurus-jurus kreatif dari dalam, bukan dari luar; untuk menjadi pencipta, bukan peniru. Juga memberi panduan untuk membangun "pabrik kreativitas" dalam diri agar kita kreatif sekaligus produktif, seperti yang ia telah buktikan.

    Review

    Sesuai judulnya, buku ini bukan hanya tentang teknis kepenulisan, tapi juga tentang proses berpikir kreatif. Ayu Utami membahas tentang struktur dalam narasi, bagaimana kita membuat bank ide, karakter dan sudut pandang, gaya bahasa, hingga tentang bunyi dan ritme.

    Isinya penuh dengan gambar yang membantu pembaca untuk lebih memahami konsep yang sedang dibahas. Ayu Utami juga memberikan berbagai contoh yang menarik dan memberi pengetahuan baru buat saya pribadi. Salah satu contoh favorit saya adalah pembahasan cerpen "Dua Lalaki Sagitarius" yang ditulis oleh Putri, salah seorang peserta kelas kepenulisan yang dimentori Ayu Utami. Ayu Utami mengambil posisi sebagai seorang editor dan memberikan catatan-catatan yang bisa dijadikan pembelajaran bersama.

    Di buku ini juga Ayu Utami memberi penekanan pada otentisitas ketimbang orisinalitas. Maksudnya, dia lebih suka sebuah karya yang dihasilkan dengan kejujuran dari penulisnya, ketimbang sebuah karya yang "dianeh-anehkan" hanya agar tampak orisinal.

    Seni adalah usaha mencari bentuk estetik bagi kejujuran. (hal. 181)

    Secara keseluruhan, saya suka banget dengan buku ini. Isinya menarik dan memberi banyak pengetahuan. Buku ini cocok untuk orang-orang yang tertarik dengan dunia menulis kreatif.


    View all my reviews

  9. Love, Curse & Hocus PocusLove, Curse & Hocus Pocus by Karla M. Nashar
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Love, Curse & Hocus-Pocus
    Penulis: Karla M. Nashar
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 416 halaman
    Terbitan: Januari 2013

    Ketika Troy Mardian dan Gadis Parasayu yang saling membenci harus terbangun dalam keadaan bugil dengan memori kabur akan pernikahan mereka, reaksi pertama mereka adalah berteriak histeris. Mereka curiga jika semua keanehan itu berkaitan dengan wanita gipsi tua yang mereka tertawai pada acara ulang tahun kantor mereka.

    Untunglah mimpi dan realita yang tumpang tindih mempermainkan akal sehat mereka itu segera berakhir, dan membawa mereka kembali ke dunia nyata. Kali ini Troy dan Gadis yakin semua keanehan yang mereka alami itu telah berakhir. Setidaknya demikian, hingga tugas kantor membawa mereka ke negara para Duke dan Duchess, Inggris.

    Dalam penerbangan yang melewati turbulensi ekstrem dan nyaris merenggut nyawa, keduanya dipaksa berpikir ulang tentang perasaan masing-masing.

    Meskipun mereka saling membenci sejak pandangan pertama, mungkinkah berbagai peristiwa aneh tersebut justru mengubah rasa tidak suka mereka menjadi cinta?

    Dan ketika Troy dan Gadis mengira hidup mereka sudah mencapai puncak kebahagiaan tertinggi, nun jauh di sana, sayup-sayup suara gemerencing lonceng perak kecil milik si gipsi misterius kembali membelah pekatnya malam...

    Lalu apa kira-kira yang akan terjadi pada Troy dan Gadis kali ini?

    Cring... cring... cring... Beware!

    Review

    Kelanjutan dari "Love, Hate & Hocus-Pocus", salah satu novel yang berhasil bikin saya ngakak habis-habisan dan begadang untuk menyelesaikannya. Apakah hal yang sama terjadi di sekuelnya ini? Jawabannya adalah tidak. Memang masih ada momen-momen lucu antara Gadis dan Troy, tapi tidak sekomedik di buku pertama.

    "Love, Curse & Hocus-Pocus" kali ini punya lebih banyak momen "serius". Misalkan pembahasan soal cinta, serta hubungan keluarga, yang diperlihatkan dalam kehidupan rumah tangga Gadis dan Troy yang terjadi di dalam mimpi.

    Ada beberapa bagian yang terkesan dipanjang-panjangkan untukku. Semisal beberapa bagian salah paham antara Gadis dengan Troy, serta beberapa bagian di perjalanan mereka mencari Lyubitshka. Bagian antara Gadis dengan Putra membuat saya kurang puas. Rasanya kurang tergali dan sedikit terkesan tiba-tiba gitu.

    Yang saya suka di sini adalah penggambaran London serta kehidupan para gipsi. Latar tempatnya digambarkan dengan baik. Gadis dan Troy juga masih memberikan chemistry yang baik, sama seperti di buku sebelumnya.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan buku ini. Kalau mau baca buku ini, saya sarankan untuk membaca dulu buku pertamanya, biar bisa lebih dapat feel-nya.

    Love is a celebration of feeling. You have to use your heart to feel it, not your brain. Kalau kamu benar-benar jatuh cinta pada seseorang, hatimu akan tahu. -Lyubitshka


    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge

    View all my reviews


  10. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1436 H untuk teman-teman yang merayakan :D

  11. Amaranth, Love, Lies, BleedingAmaranth, Love, Lies, Bleeding by Maria Ch Michaela
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Amaranth - Love, Lies, Bleeding
    Penulis: Maria Ch Michaela
    Penerbit: Sheila
    Halaman: 348 halaman
    Terbitan: Juni 2015

    "Aku jatuh cinta padanya. Tapi dia tidak cinta padaku."

    Saat berpisah dengan Armand Dio lebih dari empat tahun yang lalu, Noni tidak pernah berpikir bahwa ia akan bertemu lagi dengan Dio. Dio sendiri telah mengatakan kepada Noni bahwa dia tidak akan kembali ke Indonesia. Saat mereka berpisah, satu-satunya yang diinginkan Noni hanyalah melupakan semua rasa perih yang diakibatkan Dio.

    Namun empat tahun kemudian, takdir (atau kebetulan?) mempertemukan mereka kembali. Noni, yang masih berstatus sebagai mahasiswi yang tak kunjung jadi sarjana harus menghadapi kenyataan Dio telah menjelma menjadi seorang pelukis yang mulai dikenal di dunia seni rupa. Noni harus memilih, apakah tetap memutuskan hubungan dengan Dio atau apakah mereka bisa mencoba kembali berteman. Apakah ini juga pertanda kesempatan kedua bagi Noni untuk merebut cinta Dio sekali lagi?

    Mungkin cinta tidak pernah mati, mungkin cinta hanya akan tertidur dan suatu saat ia akan bangun kembali.

    Tidak semua kesalahan dapat dimaafkan begitu saja. Tidak semua rasa sakit dapat lenyap dengan mudah. Noni lalu menyadari bahwa ia masih mencintai Dio.

    ***

    Mengejar cinta seseorang itu ibarat minum bir. Kamu harus tahu, kapan kamu masih dapat melanjutkan minum dan kapan kamu harus berhenti sebelum kamu jatuh mabuk.

    Review

    This book is labeled 'F'. 'F' for 'friendzoned'.

    "Amaranth, Love, Lies, Bleeding" bercerita tentang Noni, seorang mahasiswi abadi yang berjuang mati-matian di jurusan yang sebenarnya tidak cocok untuknya. Suatu hari dia bertemu kembali dengan Armand Dio, sahabatnya sejak masa SMA, serta cowok yang begitu dia cintai.

    Dio, yang kembali ke Indonesia dan kini menjadi dosen Noni, terlihat memberikan tanda-tanda pendekatan padanya. Tapi, dengan berbagai pengalaman yang pernah mereka lalui, serta seorang pacar yang baik, Noni ragu dengan pendekatan Dio, serta ragu pada perasaannya sendiri.

    Membaca novel ini mengingatkan saya pada dua novel yang pernah saya baca sebelumnya. Rasanya Amaranth ini seperti persilangan dari Hujan dan Cerita Kita (review di sini) dengan I Need You; I Just Can't Show You (review di sini). Ketiganya kebetulan bercerita tentang teman lama yang muncul kembali, PDKT, serta "Dia sebenarnya suka sama aku, nggak sih?".

    Kebetulan juga penulisnya Hujan dan Cerita Kita, Kak Stephie Anindita, itu teman grup penulsnya Kak Maria.

    Saya geregetan banget sama Noni dan Dio. Keduanya suka saling mengirimkan kode-kode yang sebenarnya sudah cukup jelas, tapi karena satu dan lain hal, akhirnya tidak pernah diterjemahkan ke langkah selanjutnya. Selain itu, Dio yang emosional juga kerap kali mengacaukan hubungannya dengan Noni.

    Amaranth ini sebuah novel dengan alur maju-mundur, tapi diolah dengan baik sehingga tidak membingungkan. Penulisnya memberikan alur waktu dan tempat yang jelas pada setiap perpindahan masa, sehingga pembaca tidak akan bingung kalau terjadi perpindahan latar. Saya suka dengan alur yang dipakai kali ini karena flashback-nya tidak mengganggu tempo cerita, tapi justru mendukung keseluruhan alur maju yang ada. Alur mundurnya menyediakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul seputar hubungan Noni dan Dio.

    Untuk typo masih ada, tapi jumlahnya tidak banyak dan tidak terlalu mengganggu proses membaca.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan novel Amaranth ini. Ceritanya enak diikuti dan alur maju-mundurnya digunakan dengan baik. Kalau mau contoh novel dengan alur mundur yang tidak mengganggu alur majunya, saya sarankan untuk coba baca novel ini.

    This book is labeled 'F'. 'F' for 'fools in love'.

    "Karena aku tidak yakin dengan perasaanku. Karena aku takut kami tidak berhasil. Karena aku tidak mau jika putus, lalu kami musuhan. Aku tidak bisa kehilangan persahabatanku dengannya. Maka kupikir lebih baik aku mempertahankan persahabatan ini. Ternyata akhirnya sama saja. Aku rasa sekarang dia membenci aku."


    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  12. Wishful Wednesday 61

    Wednesday, July 15, 2015

    Selamat hari Rabu semuanya! Bulan puasa kini sudah mendekati akhirnya. Siapa di sini yang sudah libur dan sedang dalam perjalanan pulang kampung? Saya sudah libur, loh. Tapi tidak pakai pulang kampung :)).

    Untuk Wishful Wednesday kali ini, saya memilih buku sci-fi satu ini:

    Ready Player One
    by: Ernest Cline

    It's the year 2044, and the real world has become an ugly place. We're out of oil. We've wrecked the climate. Famine, poverty, and disease are widespread.

    Like most of humanity, Wade Watts escapes this depressing reality by spending his waking hours jacked into the OASIS, a sprawling virtual utopia where you can be anything you want to be, where you can live and play and fall in love on any of ten thousand planets. And like most of humanity, Wade is obsessed by the ultimate lottery ticket that lies concealed within this alternate reality: OASIS founder James Halliday, who dies with no heir, has promised that control of the OASIS - and his massive fortune - will go to the person who can solve the riddles he has left scattered throughout his creation.

    For years, millions have struggled fruitlessly to attain this prize, knowing only that the riddles are based in the culture of the late twentieth century. And then Wade stumbles onto the key to the first puzzle.

    Suddenly, he finds himself pitted against thousands of competitors in a desperate race to claim the ultimate prize, a chase that soon takes on terrifying real-world dimensions - and that will leave both Wade and his world profoundly changed. 




    Salah satu buku yang bikin penasaran baca. Blurb-nya terlihat menjanjikan dan penerimaan atas buku ini juga sangat baik. Selain menang berbagai penghargaan, di Goodreads buku ini memperoleh rating 4,31 dari 182.141 orang. Semoga nantinya buku ini memang tidak mengecewakan.

    Itu dia buku pilihan saya untuk WW kali ini. Bagaimana denganmu?

    Ingin tahu lebih banyak tentang WW? Cek blog hostnya.

  13. The Sound of the MountainThe Sound of the Mountain by Yasunari Kawabata
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: The Sound of the Mountain
    Penulis: Yasunari Kawabata
    Penerbit: Tuttle Publishing
    Halaman: 289 halaman
    Terbitan: Juni 1971 (pertama terbit 1949)

    By day Ogata Shingo is troubled by small failures of memory. At night he hears a distant rumble from the nearby mountain, a sound he associates with death. In between are the relationships that were once the foundation of Shingo's life: with his disappointing wife, his philandering son, and his daughter-in-law Kikuko, who instills in him both pity and uneasy stirrings of sexual desire. Out of this translucent web of attachments - and the tiny shifts of loyalty and affection that threaten to sever it irreparably - Kawabata creates a novel that is at once serenely observed and enormously affecting.

    Review

    "The Sound of the Mountain" bercerita tentang Ogata Shingo, seorang pria 62 tahun yang tinggal bersama istrinya, anak lelakinya yang suka "jajan" di luar, menantunya yang sabar, anak gadisnya yang akan segera bercerai, serta cucunya.

    Shingo tidak hanya berjuang menghadapi dinamika keluarganya. Dia juga berjuang melawan ingatannya yang perlahan mulai kacau (kemungkinan karena dementia). Di malam hari, saat keluarganya sudah tertidur, terkadang Shingo bisa mendengarkan suara gunung yang berada tidak jauh dari rumahnya. Suara yang mengingatkan dia akan kematian.

    Sama seperti novel-novel Kawabata yang sebelumnya kubaca, novel ini juga tergolong lambat dalam plot. Ceritanya lebih banyak pada keseharian Shingo, serta observasi Kawabata tentang kehidupan seorang pria tua. Tapi, untungnya, berbeda dengan "The Old Capital" yang baru-baru ini kubaca, ada lebih banyak peristiwa yang membuat saya tergelitik dengan buku ini. Ada beberapa twist dalam cerita yang sukses membuat saya membelalakkan mata.

    Selain itu, novel ini juga memiliki banyak momen komedik. Misalnya percakapan antara Shingo dan istrinya ini. Ingat bahwa percakapan ini terjadi setelah mereka membahas tentang bunuh diri.

    Shingo unbuttoned his shirt and put his hand to his chest.

    "Is your heart pounding?"

    "No, the nipple itches. It's hard and itches."

    "Like a teen-age girl."

    Shingo rubbed his nipple with his forefinger. (hal. 145)



    Yeah. Komedik, kan.

    Salah satu bagian lain yang saya suka adalah pembicaraan-pembicaraan yang terjadi saat makan malam. Ada banyak hal menarik yang mereka bicarakan pada saat itu. Misalkan saat Shuichi, anak laki-laki Shingo, bilang bahwa dia sedang berpikir tentang hidup ayahnya dan pertanyaan apakah ayahnya memiliki kehidupan yang sukses atau tidak. Respon Shingo adalah:

    "An ordinary, mediocre life that's come as far as it has, and now it runs into good food at New Year's. Lots of people have died, you know."

    "True." (Shuichi)

    "But whether or not a parent is a success would seem to do with whether or not his children's marriage are successfull. There I haven't done too well." (Shingo) (hal. 100)


    Tapi, si Shuichi ini emang agak ngeselin, sih. Apalagi pas mereka bicara di bagian akhir novel. Entah itu efek dari perang, atau karena anaknya memang gitu.

    Secara keseluruhan, ini salah satu novel favoritku dari Yasunari Kawabata. Ceritanya menarik dan membaca tentang kehidupan seorang pria tua membuat saya jadi banyak mikir. Hidup itu sampai akhir pun banyak cobaannya, ya.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  14. BBC's The Big Read

    Monday, July 13, 2015

    Pada April 2003, BBC Inggris mengadakan sebuah polling untuk menemukan "best-loved novel of all time" di negara itu. Setelah pemungutan suara selama setahun, dengan total sekitar 750 ribu suara yang masuk, akhirnya BBC berhasil menemukan 200 novel dengan suara terbanyak. Untuk daftar kali ini, saya akan menampilkan peringkat 1-100 saja.


    1. The Lord of the Rings, JRR Tolkien [X]
    2. Pride and Prejudice, Jane Austen [X]
    3. His Dark Materials, Philip Pullman [X]
    4. The Hitchhiker's Guide to the Galaxy, Douglas Adams
    5. Harry Potter and the Goblet of Fire, JK Rowling [X]
    6. To Kill a Mockingbird, Harper Lee [X]
    7. Winnie the Pooh, AA Milne [X]
    8. Nineteen Eighty-Four, George Orwell
    9. The Lion, the Witch and the Wardrobe, CS Lewis [X]
    10. Jane Eyre, Charlotte Brontë
    11. Catch-22, Joseph Heller
    12. Wuthering Heights, Emily Brontë
    13. Birdsong, Sebastian Faulks
    14. Rebecca, Daphne du Maurier
    15. The Catcher in the Rye, JD Salinger
    16. The Wind in the Willows, Kenneth Grahame
    17. Great Expectations, Charles Dickens
    18. Little Women, Louisa May Alcott
    19. Captain Corelli's Mandolin, Louis de Bernieres
    20. War and Peace, Leo Tolstoy
    21. Gone with the Wind, Margaret Mitchell
    22. Harry Potter And The Philosopher's Stone, JK Rowling [X]
    23. Harry Potter And The Chamber Of Secrets, JK Rowling [X]
    24. Harry Potter And The Prisoner Of Azkaban, JK Rowling [X]
    25. The Hobbit, JRR Tolkien
    26. Tess Of The D'Urbervilles, Thomas Hardy
    27. Middlemarch, George Eliot
    28. A Prayer For Owen Meany, John Irving
    29. The Grapes Of Wrath, John Steinbeck
    30. Alice's Adventures In Wonderland, Lewis Carroll
    31. The Story Of Tracy Beaker, Jacqueline Wilson
    32. One Hundred Years Of Solitude, Gabriel García Márquez
    33. The Pillars Of The Earth, Ken Follett
    34. David Copperfield, Charles Dickens
    35. Charlie And The Chocolate Factory, Roald Dahl [X]
    36. Treasure Island, Robert Louis Stevenson
    37. A Town Like Alice, Nevil Shute
    38. Persuasion, Jane Austen
    39. Dune, Frank Herbert
    40. Emma, Jane Austen
    41. Anne Of Green Gables, LM Montgomery [X]
    42. Watership Down, Richard Adams
    43. The Great Gatsby, F Scott Fitzgerald [X]
    44. The Count Of Monte Cristo, Alexandre Dumas
    45. Brideshead Revisited, Evelyn Waugh
    46. Animal Farm, George Orwell
    47. A Christmas Carol, Charles Dickens
    48. Far From The Madding Crowd, Thomas Hardy
    49. Goodnight Mister Tom, Michelle Magorian
    50. The Shell Seekers, Rosamunde Pilcher
    51. The Secret Garden, Frances Hodgson Burnett [X]
    52. Of Mice And Men, John Steinbeck
    53. The Stand, Stephen King
    54. Anna Karenina, Leo Tolstoy
    55. A Suitable Boy, Vikram Seth
    56. The BFG, Roald Dahl
    57. Swallows And Amazons, Arthur Ransome
    58. Black Beauty, Anna Sewell
    59. Artemis Fowl, Eoin Colfer [X]
    60. Crime And Punishment, Fyodor Dostoyevsky
    61. Noughts And Crosses, Malorie Blackman
    62. Memoirs Of A Geisha, Arthur Golden [X]
    63. A Tale Of Two Cities, Charles Dickens
    64. The Thorn Birds, Colleen McCollough
    65. Mort, Terry Pratchett
    66. The Magic Faraway Tree, Enid Blyton
    67. The Magus, John Fowles
    68. Good Omens, Terry Pratchett and Neil Gaiman
    69. Guards! Guards!, Terry Pratchett
    70. Lord Of The Flies, William Golding [X]
    71. Perfume, Patrick Süskind [X]
    72. The Ragged Trousered Philanthropists, Robert Tressell
    73. Night Watch, Terry Pratchett
    74. Matilda, Roald Dahl [X]
    75. Bridget Jones's Diary, Helen Fielding
    76. The Secret History, Donna Tartt
    77. The Woman In White, Wilkie Collins
    78. Ulysses, James Joyce
    79. Bleak House, Charles Dickens
    80. Double Act, Jacqueline Wilson
    81. The Twits, Roald Dahl
    82. I Capture The Castle, Dodie Smith
    83. Holes, Louis Sachar
    84. Gormenghast, Mervyn Peake
    85. The God Of Small Things, Arundhati Roy
    86. Vicky Angel, Jacqueline Wilson
    87. Brave New World, Aldous Huxley [X]
    88. Cold Comfort Farm, Stella Gibbons
    89. Magician, Raymond E Feist
    90. On The Road, Jack Kerouac
    91. The Godfather, Mario Puzo
    92. The Clan Of The Cave Bear, Jean M Auel
    93. The Colour Of Magic, Terry Pratchett
    94. The Alchemist, Paulo Coelho [X]
    95. Katherine, Anya Seton
    96. Kane And Abel, Jeffrey Archer
    97. Love In The Time Of Cholera, Gabriel García Márquez
    98. Girls In Love, Jacqueline Wilson
    99. The Princess Diaries, Meg Cabot
    100. Midnight's Children, Salman Rushdie

    Sedikt trivia dari daftar di atas:

    1. J. K. Rowling memiliki buku terbanyak di peringkat 1-50. Keempat buku pertama dari serial Harry Potter berada di 50 besar. "Harry Potter and the Goblet of Fire" berada di peringkat tertinggi, peringkat 4.
    2. Charles Dickens dan Terry Pratchett memiliki jumlah buku terbanyak di 100 besar. Masing-masing dengan 5 buku. "Great Expectations" menjadi peringkat tertinggi bagi Dickens (peringkat 17), sementara "Mort", di peringkat 65, menjadi buku dengan peringkat tertinggi bagi Pratchett.
    3. Terry Pratchett memegang rekor jumlah buku terbanyak di Top 200 dengan 15 buku.
    4. Jacqueline Wilson, penulis buku anak-anak, menjadi runner up untuk jumlah buku terbanyak di Top 200 dengan 14 buku.

    Berhubung ini polling dari 2003, jadi ada banyak buku populer baru yang tidak masuk di daftar. Andaikan polling-nya dibuat sekarang, mungkin trilogi The Hunger Games bisa masuk, kali ya. Mungkinkah 50 Shades of Grey juga akan muncul di top 100?

    Dari 100 buku di atas, ternyata baru 21 buku yang kubaca (ditandai dengan '[X]'). Ada beberapa novel yang sudah masuk di daftar to-read, seperti: 1984, On the Road, The Hitchhiker's Guide to the Galaxy, dan Anna Karenina.

    Serial Harry Potter, Winnie the Pooh, dan To Kill a Mockingbird menjadi top 3 favorit saya dari daftar yang sudah kubaca. 



    Perfume mungkin jadi least favorite, berhubung saya tidak kuat baca sampai selesai *malu. Mungkin nanti mau coba baca versi bahasa Inggrisnya, mumpung pernah lihat buku itu di perpustakaan.


    Bagaimana denganmu? Sudah baca berapa buku dari daftar di atas, dan buku mana yang jadi favoritmu?

  15. Waktu pertama kali ikutan tantangan baca, sekitar 2013, saya ingat sempat ikutan satu RC yang bertema binatang. Waktu itu peserta diminta untuk membaca buku dengan binatang di judul/kover/tokoh utama di ceritanya. Nah, pas lihat-lihat daftar to-read, saya jadi keingat lagi sama RC itu karena melihat 3 buku ini:

    1. I Am a Cat - Natsume Sōseki


    'I am a cat. As yet I have no name.'.

    Novel Jepang satu ini bercerita dari sudut pandang seekor kucing yang mengobservasi keseharian manusia. Pengin baca ini karena memang suka dengan tulisannya Soseki, dan karena penasaran dengan tema yang diangkat.

    2. A Bear Called Paddington - Michael Bond


    Buku anak-anak yang ada live action-nya pada 2014 yang lalu. Sempat nonton dan suka sama filmnya yang lucu dan family friendly. Jadi pengin tahu sedekat apa cerita di film dengan di novelnya (walau latar tempat dan waktunya pasti beda banget, sih).

    Poster film 'Paddington'
    3. A Game of Thrones - Perebutan Takhta - George R. R. Martin


    Buku yang membuat saya penasaran karena hype serial TV-nya. Sudah beli bukunya pas dapat diskon dari teman waktu pertama kali keluar, tapi tebal dan ukuran hurufnya yang ternyata 'normal' membuat saya memasukan buku in di timbunan dulu.

    Btw, apakah saya satu-satunya orang yang belum pernah nonton serial TV-nya?

    Itu dia 3 novel dengan binatang di kover/ceritanya yang pengin saya baca. Apakah ada buku sejenis juga di daftar to-read-mu?

  16. Across The OceanAcross The Ocean by Ria Destriana
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Across the Ocean
    Penulis: Ria Destriana
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 168 halaman
    Terbitan: Mei 2015

    “Kamu tahu bagaimana caranya mengobati hati yang luka?”

    “Bagaimana?”

    “Dengan tidak melaluinya sendirian.”

    Di seberang laut di Pulau Karimunjawa, dua hati yang terluka
    bertemu. Saat melihat Anindita, Bayu seperti melihat dirinya
    sendiri. Perlahan mereka menjadi dekat dan kedekatan itu
    membuat luka di hati masing-masing mengering dan digantikan
    sebuah perasaan yang tak asing.

    “Karena setiap orang berhak bahagia, termasuk kamu.”

    Anindita belum siap. Bayu bersedia menunggu.

    Tetapi, bagaimana kalau saat Anindita kembali ternyata Bayu
    tidak ada di sana?

    Review

    Jadi pengin ke Karimunjawa gara-gara buku ini. Deskripsi latarnya itu, loh. Bagus banget. Mungkin nanti saya bisa coba mengusulkan liburan keluarga ke tempat ini.

    "Across the Ocean" bercerita tentang Bayu, seorang pemuda yang pindah ke rumah keluarganya di Karimunjawa dan membuka usaha penginapan di sana. Tujuan utama kepindahan Bayu ini bukan karena ingin memulai usaha, tapi untuk menyembuhkan hati yang terluka karena baru saja putus dari wanita yang begitu dia cintai.

    Pada salah satu malam, saat dia tinggal di sana, Bayu menolong Anindita, seorang gadis yang hendak bunuh diri. Setelah peristiwa itu, Anin malah menjadi salah seorang tamu yang menginap di tempat Bayu. Pada hari-hari kebersamaan mereka, Bayu merasa semakin tertarik pada gadis itu, tapi waktu terus berdetak dan Bayu tahu kalau Anin tidak akan terus berada di sisinya.

    "Setiap orang berhak bahagia, termasuk kamu."

    Iya, ceritanya memang tentang dua orang yang terluka dan saling menyembuhkan satu sama lain. Tipe cerita kesukaan saya (dan juga tipe cerita di novel debut sendiri. #shamelessselfpromotion). Ceritanya manis dan saya suka banget sama interaksi kedua tokoh utamanya.

    Untuk ceritanya, saya merasa ini kurang panjang. Pengin banget ceritanya lebih diperdalam dan ada lebih banyak cerita tentang Bayu dan Anin.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan novel ini. Latar tempatnya digambarkan dengan baik sekali. Kisah cintanya juga manis. Sayangnya novel ini terlalu pendek. Rasanya kurang puas melihat eksplorasi kehidupan kedua tokoh utamanya.

    Buku ini saya rekomendasikan untuk yang suka kisah cinta ringan dan latar tempat yang menawan.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews


  17. The Old CapitalThe Old Capital by Yasunari Kawabata
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: The Old Capital
    Penulis: Yasunari Kawabata
    Penerbit: Tuttle
    Halaman: 164 halaman
    Terbitan: 1998

    Whether this subtle and brooding novel deserves to rank alongside Snow Country and Thousand Cranes as one of Kawabata's major works is debatable, but it contains all the Nobel laureate's most striking characteristics - acute esthetic sensibility, preoccupation with the clash between old and new, pervasive melancholy and a story line suggestive of a Zen brush-and-ink painting where what is omitted is as important as what is included. Set in Kyoto, the Japanese city most symbolic of tradition, the story centers on a young woman, Chieko, who having been brought up to think her parents stole her as a baby in a fit of passionate desire is profoundly disturbed to learn (after a chance encounter with a girl who turns out to be her sister) that her real parents had abandoned her. Her identity crisis is exacerbated by her need to choose between carrying on her adoptive father's kimono-designing business, now in decay, and leaving home to marry. It's an intensely poetic story in which much is evoked, little stated or concluded.

    Review

    Saya menyalahkan 2 bintang kali ini pada terjemahannya dan ketidakmampuan pribadi untuk membaca dalam bahasa Jepang. Membaca terjemahan bahasa Inggris "The Old Capital" ini membuat saya merasa ada sesuatu yang hilang. Mungkin ada sesuatu yang lain yang hanya bisa ditangkap kalau mengerti tentang budaya Jepang dan bahasanya.

    "The Old Capital" bercerita tentang Chieko, seorang gadis yang diadopsi oleh suami-istri pedagang kimono. Suatu hari, pada sebuah festival, Chieko bertemu dengan seseorang yang sangat mirip dengannya, seorang gadis bernama Naeko yang ternyata adalah saudari kembarnya. Dunia Chieko pun mulai berubah sejak pertemuan itu.

    Ada banyak simbol di dalam novel ini. Mulai dari kehidupan Chieko dan saudari kembarnya, Naeko, hingga ke jangkrik di dalam guci. Semuanya bicara tentang perubahan, khususnya tentang Jepang yang bergeser dari tradisional ke modern, serta ilusi dalam hidup.

    "The time never comes when a beautiful illusion turns ugly." (hal. 155)

    Untuk ceritanya sendiri, saya cukup menikmati. Saya suka melihat kontras antara hidup Chieko dan Naeko, serta permainan nasib yang menimpa mereka. Saya juga suka dengan interaksi Chieko dan Shin'ichi. Sayangnya, novel ini kurang panjang. Akhir ceritanya gantung banget. Coba lebih dipanjangin lagi :'). Tapi, yah, mungkin novel ini memang tidak bertujuan untuk memperlihatkan seluruh kehidupan Chieko.

    Novel ini saya rekomendasikan untuk yang suka membaca novel dengan simbolisme yang kuat, atau yang suka pada literatur Jepang klasik.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  18. Ocean BreezeOcean Breeze by Cepi R. Dini
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Ocean Breeze
    Penulis: Cepi R. Dini
    Penerbit: Ice Cube Publisher
    Halaman: 254 halaman
    Terbitan: Juni 2015

    “Jadi nama panjangmu….”

    “Ocean Alamanda.”

    “Walker.”

    Ocean menggeleng. “Hanya Ocean Alamanda.”

    “Akan menjadi Walker. Segera.” Brian berjanji.

    Seumur hidup, Ocean hanya tinggal berdua dengan ibunya di Anchorage, Alaska, tanpa satu orang pun kerabat. Dan ketika ibunya meninggal dunia, Ocean sudah pasrah kalau harus tinggal di panti asuhan. Namun pengacaranya justru membawa kabar mengejutkan bahwa Ocean akan pindah ke Miami untuk tinggal dengan ayah kandungnya, Brian Walker. Meskipun Brian orang yang baik hati dan penyayang, sulit bagi Ocean untuk menerima dan mengakui pria asing itu sebagai ayahnya. Apalagi Brian ternyata sudah berkeluarga dan istrinya tidak menunjukkan tanda-tanda kesediaan menerima Ocean. Mau tidak mau, Ocean harus beradaptasi dengan keluarga, teman-teman, dan lingkungan barunya. Jauh dari kampung halamannya yang nyaman. Jauh dari pusara sang ibu.

    Review

    "Ocean Breeze" bercerita tentang Ocean Alamanda, seorang gadis blasteran Amerika-Indonesia. Saat ibunya meninggal, Ocean terkejut saat mendapati bahwa dia masih memiliki seorang ayah. Padahal selama ini dia hidup tanpa kehadiran seorang ayah dalam hidupnya.

    Ocean terpaksa pindah dari Alaska ke Miami untuk hidup bersama ayahnya. Sayang hidupnya yang baru tidak mudah bagi Ocean. Dia harus berjuang mengatasi rasa kehilangan ibunya, menyesuaikan diri dengan kehidupan baru bersama ayahnya, serta seorang ibu tiri yang tidak menerimanya. Semuanya dalam waktu bersamaan.

    Saya... nggak tahu kenapa, tapi begitu baca nama Ocean Alamanda, saya langsung kepikiran kalau nama ini bisa disejajarkan dengan America Singer.

    Hmm... sejujurnya saya kurang dapat feel ceritanya. Awalnya kupikir ceritanya akan sendu karena berhubungan dengan kehilangan seorang ibu, tapi... entah, ya. Saya tidak merasakan kehilangannya Ocean. Dia juga tidak terlalu merasa kehilangan, sih. Hidup barunya Ocean juga tidak terlalu memiliki tantangan. Soalnya begitu Ocean kena masalah, selalu ada pemecahan yang muncul dengan mudahnya. Andaikan penulisnya mau lebih memfokuskan masalahnya Ocean dan lebih memperuncing masalah-masalahnya, saya yakin ceritanya bisa lebih menarik.

    Secara keseluruhan 2,5 bintang. Saya suka dengan interaksinya Ocean dan Julian, tapi masalah-masalah yang dihadapai Ocean terlalu mudah jalan keluarnya.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Chalenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  19. Tantangan baca kali ini datang dari Mbak Yuska dan blognya, Lust and Coffee. Kalau mau ikutan, bisa langsung cek blog yang bersangkutan.


    Peraturan:

    1. Membaca setidaknya satu buku sastra karya penulis Indonesia
    2. Karya sastra boleh novel, kumpulan cerita, puisi, prosa, dll. Yang jelas fiksi ya, bukan non fiksi.
    3. Membuat resensi dan menampilkannya di blog, FB note, atau Goodreads.
    4. Membuat tautan resensi di linky paling bawah.
    5. Periode event ini mulai 3 Juli 2015 sampai 10 Oktober 2015.
    6. Linky dibuka sampai tanggal 15 Oktober 2015. Lewat tanggal tersebut, resensi yang didaftarkan akan dihapus.
    7. Boleh membuat postingan event ini di blog masing-masing dan membuat daftar bacaan selama periode berlangsung, tapi tidak wajib.
    8. Pemenang akan diundi dan diumumkan tanggal 25 Oktober. Akan ada 2 orang pemenang. Masing-masing mendapatkan hadiah buku yang bisa dipilih sendiri senilai @ 100rb rupiah.

  20. The Ocean at the End of the LaneThe Ocean at the End of the Lane by Neil Gaiman
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: The Ocean at the End of the Lane
    Penulis: Neil Gaiman
    Penerbit: Harper
    Halaman: 181 halaman
    Terbitan: April 2014

    A middle-aged man returns to his childhood home to attend a funeral. Although the house he lived in is long gone, he is drawn to the farm at the end of the road, where, when he was seven, he encountered a most remarkable girl, Lettie Hempstock, and her mother and grandmother. He hasn't thought of Lettie in decades, and yet as he sits by the pond (a pond that she'd claimed was an ocean) behind the ramshackle old farmhouse where she once lived, the unremembered past comes flooding back. And it is a past too strange, too frightening, too dangerous to have happened to anyone, let alone a small boy.

    A groundbreaking work as delicate as a butterfly's wing and as menacing as a knife in the dark, The Ocean at the End of the Lane is told with a rare understanding of all that makes us human, and shows the power of stories to reveal and shelter us from the darkness inside and out.

    Review

    Man, akhirnya saya baca novel ini. Sudah pengin baca sejak dia pertama rilis di 2013. Kovernya itu loh. Cakep banget. Ini salah satu novel "langka" yang pengin saya baca hanya gara-gara kovernya. Tapi yah, harganya yang mencapai 250 ribuan untuk paperback dan hardcover, waktu itu ingat banget cuma beda seribu antara keduanya, membuat saya urung untuk beli.

    "The Ocean at the End of the Lane" bercerita tentang seorang pria, yang tak bernama, yang pulang ke kota kelahirannya untuk menghadiri sebuah pemakaman. Di sana dia tanpa sengaja sampai di sebuah peternakan tua dan bertemu kembali dengan sebuah kolam kecil. Kolam yang membangkitkan kembali ingatan masa kanak-kanaknya.

    Pria itu kemudian teringat akan pertemuannya dengan seorang gadis, Lettie Hempstock, yang membawanya ke sebuah dunia lain dalam usaha untuk menghentikan bencana yang sedang terjadi di kota itu. Sayangnya perjalanan itu justru menjadi awal malapetaka baginya.

    I was a seven-year-old boy, and my feet were scratched and bleeding. I had just wet myself. And the thing that floated above me was huge and greedy, and it wanted to take me to the attic, and, when it tired of me, it would make my daddy kill me. (hal. 86)


    Saya suka dengan ceritanya yang terkesan sederhana dan bersifat "fantasi anak-anak". Dalam artian, tidak ada unsur politik, darah, atau yang semacam itu. Hanya ada seorang anak laki-laki, sebuah dunia ajaib, dan petualangan. Tapi, di balik semua itu, saya juga bisa merasakan sebuah kisah tentang hidup, tumbuh dewasa, dan kehilangan hal-hal yang pernah kita miliki dan telah terlupakan selama proses pertumbuhan itu.

    "Monsters come in all shapes and sizes. Some of them are things people are scared of. Some of them are things that look like things people used to be scared of a long time ago. Sometimes monsters are things people should be scared of, but they aren't." (hal. 112)


    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  21. Wishful Wednesday 60

    Wednesday, July 1, 2015

    Hei, guys. Selamat hari Rabu. Selamat awal bulan. Apakah sudah pada gajian? Sudah atau belum, saya yakin pasti tetap pada nggak bisa berhenti jajan mata buku-buku bagus.

    Iya, awal bulan ini saja sudah ada tiga komik yang keluar bersamaan yang pengin saya beli. Belum lagi ada novel-novel yang baru keluar yang pengin saya baca. Duh, jebol dah dompet bulan ini.

    Anyway, salah satu buku yang pengin (dan rencananya akan) saya baca bulan ini adalah:

    Amaranth, Love, Lies, Bleeding
    oleh: Maria Ch Michaela

    Blurb:

    "Aku jatuh cinta padanya. Tapi dia tidak cinta padaku."

    Saat berpisah dengan Armand Dio lebih dari empat tahun yang lalu, Noni tidak pernah berpikir bahwa ia akan bertemu lagi dengan Dio. Dio sendiri telah mengatakan kepada Noni bahwa dia tidak akan kembali ke Indonesia. Saat mereka berpisah, satu-satunya yang diinginkan Noni hanyalah melupakan semua rasa perih yang diakibatkan Dio.

    Namun empat tahun kemudian, takdir (atau kebetulan?) mempertemukan mereka kembali. Noni, yang masih berstatus sebagai mahasiswi yang tak kunjung jadi sarjana harus menghadapi kenyataan Dio telah menjelma menjadi seorang pelukis yang mulai dikenal di dunia seni rupa. Noni harus memilih, apakah tetap memutuskan hubungan dengan Dio atau apakah mereka bisa mencoba kembali berteman. Apakah ini juga pertanda kesempatan kedua bagi Noni untuk merebut cinta Dio sekali lagi?

    Mungkin cinta tidak pernah mati, mungkin cinta hanya akan tertidur dan suatu saat ia akan bangun kembali.

    Tidak semua kesalahan dapat dimaafkan begitu saja. Tidak semua rasa sakit dapat lenyap dengan mudah. Noni lalu menyadari bahwa ia masih mencintai Dio.

    ***

    Mengejar cinta seseorang itu ibarat minum bir. Kamu harus tahu, kapan kamu masih dapat melanjutkan minum dan kapan kamu harus berhenti sebelum kamu jatuh mabuk. 




    Ini karya terbaru Kak Maria Ch Michaela, salah seorang penulis yang saya kenal lewat grup Peri Penulis. Sebelumnya saya pernah beberapa kali sebuku dengan dia, seperti di antologi Lapangan Tanah Merah dan Noel d' Amour 2: Post Card Edition.

    Sekitar tahun 2013 atau 2014, saya pernah baca kalau dia akan segera menerbitkan novelnya yang memenangi lomba di salah satu penerbit. Lama ditunggu-tunggu, novel itu tidak kunjung terbit. Barulah pada 2015 ini saya melihat kabar bahwa novelnya akan terbit lewat Penerbit Andi.

    Dan... setelah membaca postingan blognya yang ini, baru deh saya tahu kalau ternyata memang ada drama dan penantian yang panjang di belakang layar. Selamat untuk Kak Maria dan kelahiran novelnya ini.