Rss Feed
  1. Opera Bulu Tangkis 1995Opera Bulu Tangkis 1995 by Titi Nginung
    My rating: 3 of 5 stars
    Judul: Opera Bulu Tangkis 1995
    Penulis: Titi Nginung
    Penerbit: Gramedia
    Halaman: 421 halaman
    Terbitan: 1985

    1995. Pada ulang tahun kelima puluh prolamasi kemerdekaan Repulik Indonesia, dunia dikejutkan dengan munculnya Bajang Kirek. Pemain bulu tangkis yang tak diketahui asal-usulnya (makanya isu sekitar kelahirannya berkembang: anak gubernur, jenderal atau presiden), menjadi hero dalam dunia yang sepi dari tokoh internasional.

    1995. Bajang Kirek memperkenalkan permainan bulu tangkis kreatif. Tapi juga memulai Gerakan Assalamualaikum-Merdeka, proklamasi kemerdekaan yang menyerukan dunia ini satu keluarga besar. Memberikan alternatif mengenai pembangunan tanpa merusak alam dan lingkungan dalam memerdekakan perbudakan dan ketergantungan.

    1995. Pakta Warsawa, Nato, Anzus, MEE, Asean, utara-selatan, kaya-miskin, negara maju-berkembang-miskin, berubah peta permasalahannya. Tahun di mana mega-teror yang dilahirkan pada dasawarsa sebelumnya menjadi monster yang mengerikan.

    1995. Bajang Kirek main bulu tangkis dengan raket tanpa sponsor, dengan dua raket panjang dan pendek, dengan mata tertutup, dan duel menentukan dengan robot.

    1995. Tahun diproklamasikan keagungan manusia.

    1995. Sebentar lagi kita alami...

    Titi Nginung kembali menunjukkan gaya opera dengan tokoh serba nakal, mega-bintang yang urakan. Cerita ini pernah dimuat bersambung di harian Kompas, seperti juga Opera Jakarta yang diangkat ke layar putih. Karyanya yang lain yang sudah dibukukan adalah22-1-19, serta Elizabeth Ngatini alias Tiger.


    Review
      
    "Opera Bulu Tangkis 1995" bercerita tentang Bajang Kirek, seorang pebulu tangkis dengan asal-usul yang miseterius, serta gaya main yang eksentrik. Kehadirannya membawa angin segar bagi bulu tangkis Indonesia, tapi dengan imbas yang tak kalah besarnya bagi percaturan politik dunia.

    So over the top, but so good. Rasanya seperti baca manga bertema olahraga, seperti "Captain Tsubasa", "Prince of Tennis", atau "Kuroko no Basket". Sama-sama penuh kegilaan dan aksi nyentrik di lapangan.


    Pertarungan bulu tangkisnya berhasil digambarkan dengan baik. Berbagai drama di dalam dan luar lapangan menunjukkan betapa beratnya hidup para atlit itu.

    "Satu-satunya yang kuperoleh sebagai pelajaran dalam soal bulu tangkis ini, ternyata orang harus lebih memperhatikan faktor-faktor non-bulu tangkis." (hal. 190)

    Tema besarnya tidak hanya tentang olahraga 'tepok bulu' itu, tapi juga bicara tentang kemerdekaan. Pas sekali temanya untuk bacaan Agustusan. Apalagi bulu tangkis Indonesia baru saja memberikan emas di Olimpiade. Wah, kebetulan yang sempurna.

    "Saya akan membuktikan bisa hidup seadanya seperti sekarang ini. Dan sesungguhnya inilah makna dari kemerdekaan. Kemerdekaan menjadi manusia. [...]

    Yang menentukan nasibnya sendiri. Yang emoh dijejali dengan penjajahn. Penjajahan masa kini dengan tawaran barang-barang, dengan gelimang uang, dengan kekuasaan atas bangsa lain yang halus, pemaksaan kehendak ke dalam diri kita." (hal. 345-346)

    Ceritanya di bagian akhir yang sempat berubah dari bulu tangkis ke masalah politik dan ekonomi sempat membuat kagok, tapi bagian ini berhasil diramu dengan baik sehingga tetap menarik.

    Saya jujur mengaku kalau saya lama panas membaca novel ini. Babnya yang pendek-pendek dengan arah cerita yang kurang jelas di awal membuat saya lambat sekali membaca 1/3 pertama buku ini. Mungkin ini imbas dari format cerita harian yang merupakan medium awal novel ini.

    Beberapa karakternya terasa dangkal. Misalnya Kate, wartawan yang suka dan juga disukai Bajang Kirek. Karakternya tidak berkembang dan hanya ada untuk objek percintaan. Lalu Yungki, pebulu tangkis mirip Bajang, yang keberadaannya... ah, sudahlah.

    Secara keseluruhan, "Opera Bulu Tangkis 1995" adalah novel yang menghibur. Bagian bulu tangkisnya sangat menarik. Sayangnya butuh cukup lama untuk bisa masuk ke ceritanya dan ada beberapa karakter yang kurang dkembangkan.

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment