Rss Feed
  1. Rumah KertasRumah Kertas by Carlos María Domínguez
    My rating: 5 of 5 stars

    Judul: Rumah Kertas
    Penulis: Carlos Maria Dominiguez
    Penerbit: Marjin Kiri
    Halaman: 76 halaman
    Terbitan: 2016

    Seorang profesor sastra di Universitas Cambridge, Inggris, tewas ditabrak mobil saat sedang membaca buku. Rekannya mendapati sebuah buku aneh dikirim ke alamatnya tanpa sempat ia terima: sebuah terjemahan berbahasa Spanyol dari karya Joseph Conrad yang dipenuhi serpihan-serpihan semen kering dan dikirim dengan cap pos Uruguay. Penyelidikan tentang asal usul buku aneh itu membawanya (dan membawa pembaca) memasuki semesta para pecinta buku, dengan berbagai ragam keunikan dan kegilaannya!

    Review
     
    Ibu dosen Bluma Lennon meninggal tertabrak mobil karena keasyikan membaca kumpulan puisi Emily Dickinson. Rekannya, tokoh tak bernama yang kita sebut saja 'Aku', menerima sebuah paket misterius. Paket itu berisi novel The Shadow-Line karya Joseph Conrad. Anehnya, buku tersebut diselimuti dengan semen. Hal ini memancing rasa penasaran Aku dan dimulailah perjalanan untuk mencari asal-usul buku tersebut.

    Manakala Nenek melihatku membaca di tempat tidur, beliau selalu berkata, "Sudah, buku itu berbahaya, tahu!" (hal. 2)



    Apakah kamu adalah seorang pembaca yang apik? Apakah kamu seorang bibliofili? Pernah merasa kalau dirimu adalah seorang penimbun buku? Punya ratusan hingga ribuan buku di rumah yang belum dibaca? Punya koleksi buku yang terpajang manis di lemari hingga berserakan di lantai karena sudah tidak ada tempat lagi untuk meletakkannya? Kalau jawabanmu adalah iya, saya yakin inilah buku untukmu.

    'Rumah Kertas' adalah kisah tentang para penggila buku. Orang-orang yang bukan hanya gemar membaca, tapi juga punya obsesi terhadap buku. Tokoh yang menjadi bahan pembicaraan adalah Carlos Brauer, seorang kolektor buku yang punya koleksi lebih dari dua puluh ribu buku dan bercita-cita untuk mengatur buku-bukunya dengan sebuah sistem yang memungkinnya untuk menukar urutannya secara masuk akal.

    Aku kerap bertanya-tanya mengapa kusimpan buku-buku yang mungkin baru ada gunanya jauh di masa mendatang, judul-judul yang tak terkait dengan minatku pada umumnya, buku-buku yang pernah kubaca sekali dan tidak akan kubuka-buka lagi selama bertahun-tahun. Itu pun kalau pernah! [...]

    Jauh lebih sulit membuang buku ketimbang memperolehnya. Dengan mereka kita terikat pada pakta-pakta kebutuhan dan pengabaian, seolah-olah mereka menjadi saksi bagi momen hidup kita yang takkan pernah terjumpai lagi. (hal. 9)


    Secara keseluruhan, 'Rumah Kertas' pada akhirnya adalah sebuah kisah moral, a cautionary tale, tentang bagaimana segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik dalam hidup. Salah satu bacaan terbaik saya tahun ini.

    Btw, saya bisa paham dengan jalan keluar yang tokoh utamanya ambil untuk mengatasi permasalahannya sendiri. Saya juga melakukan hal yang sama sewaktu mau pindah soalnya. Awalnya saya mau membawa semua buku yang saya punya, tapi setelah dipikir-pikir lagi, rasanya lebih baik dijual dan disumbangkan. Selain untuk memotong biaya pindahan, saya pikir lebih baik kalau buku-buku itu bisa menjangkau pembaca yang lebih luas. Jadilah sebagian besar buku saya, bahkan yang ada tanda tangan penulisnya, saya biarkan untuk kembali bertualang di dunia luar.

    "Sebagai pembaca, kita saling memata-matai perpustakaan kawan satu sama lain, sekalipun hanya di waktu senggang. Kadang kita berharap menjumpai buku yang ingin kita baca tapi tidak kita punya, atau mencari tahu apa yang sudah dilahap oleh kutu buku di seberang kita ini. Kita tinggalkan teman kita duduk di ruang tengah dan saat kembali, mendapatinya tengah berdiri di sana sambil mengendus-endus buku kita. (hal. 10)

    View all my reviews


  2. 0 comments :

    Post a Comment